Musik abadi sepanjang masa yang tak pernah mati dimakan waktu meski sudah berusia sangat Tua, itulah Musik tradisional "Gender wayang". gamelan asal bali ini sangat jarang orang mengetahuinya. jikalau pun Tahu itupun hanya namanya saja. ketika zaman sudah berubah orang asli pribumi justru lebih menikmati musik modern. Ibarat musik modern, aliran dari
instrumen atau gamelan gender ini adalah jazz. Jadi jika ingin belajar main
gender, selain belajar cara menggenggam dan memukul, juga butuh penyerapan lirik lagu secara nendalam. Karena keunikan ini, gender kini banyak dipelajari dan di minati oleh
orang-orang Jepang, Korea, dan USA.
Di Bali, instrumen gender wayang ini kebanyakan digunakan saat upacara manusa yadnya
seperti potong gigi, pawiwahan (perkawinan) dan menek kelih (upacara beranjak Dewasa).
Kesenian wayang kulit di Bali disebutkan juga diiringi dengan
menggunakan gamelan gender wayang atau Pewayangan dalam pementasan atau
pertunjukannya.
Dikutip dalam Babad bali gamelan Gender wayang dengan instrumen pokoknya
yang terdiri dari 4 tungguh gender berlaras slendro (lima nada). Keempat gender
ini terdiri dari :Sepasang gender pemade (nada agak besar).Sepasang kantilan (nada agak kecil). Keempat gender,
masing-masing berbilah sepuluh (dua oktaf) yang dimainkan dengan
mempergunakan 2 panggul.
Gender
wayang ini juga dipakai untuk mengiringi upacara Manusa Yadnya (potong gigi)
dan upacara Pitra Yadnya (ngaben). Untuk kedua upacaranya ini, dan untuk
mengiringi pertunjukan wayang lemah (tanpa kelir), hanya sepasang gender yang
dipergunakan.
Untuk upacara ngaben 2 gender dipasang di kedua sisi bade (pengusung mayat) dan
dimainkan sepanjang jalan menuju kuburan.
Untuk mengiringi pertunjukan wayang kulit Ramayana, wayang wong Ramayana maupun
Mahabharata (Parwa), 2 pasang gender ini dilengkapi dengan sepasang kendang
kecil, sepasang cengceng kecil, sebuah kajar, klenang dan instrumen-instrumen
lainnya, sehingga melahirkan sebuah barungan yang disebut gamelan Batel Gender
Wayang.
Ketika Gamelan Menjadi Diplomat Kebudayaan, dikutip dalam artikel
balipost.co.id, I Wayan Loceng (70 tahun), empu gamelan
gender wayang asal Desa Sukawati, Gianyar, telah memiliki ''alumni'' yang
tersebar di mancanegara. Minagawa, dedengkot grup Sekar Jepun, adalah komposer
Jepang yang pernah berguru padanya. Begitu juga I Tembres (69 tahun) maestro
instrumen kendang asal Blahbatuh, Gianyar, telah menularkan kepiawaiannya oada
orang-orang asing yang datang padanya. Michael Tenzer dan Wayne Vitale, senior
grup Sekar Jaya, AS, adalah seorang pemusi yang pernah belajar magupek alias
bermain kendang padanya.
EmoticonEmoticon