Ida Ayu Nyoman Rai lahir sekitar tahun 1881 sebagai anak
kedua dari pasangan Nyoman Pasek dan Ni Made Liran. Nama kecil Ida Ayu adalah
Ni Nyoman Srimben. Mengenai pertemuan dengan Soekemi, versi lain menyebutkan
bahwa Srimben dikenalkan kepada Soekemi melalui perantara sahabatnya yang
bernama Made Lastri. Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, hubungan kedua insan ini tidak
disetujui. Akhirnya dipilih suatu sikap yang berani, yaitu: Ngarorod atau
kimpoi lari. Penyelesaian masalah ini adalah di Pengadilan setempat. Di
Pengadilan tampaknya cinta dua anak manusia ini tak bisa dipisahkan, akhirnya
semua orang yang menyaksikan rela dengan ikhlas menyatukan dua perbedaan ini
karena keberanian dan pertanggungjawaban Soekemi serta Srimben dalam
menjalankan cintanya, Soekemi hanya dimintai denda atas tindakannya melakukan
Ngarorod, dan keluarga Srimben menyetujui Soekemi menikah dengan Ni Nyoman
Srimben. Pasangan ini menikah pada tanggal 15 Juni 1897. Sebelum meninggalkan pulau Bali, Ni Nyoman Srimben sempat
melahirkan seorang putri yang diberi nama Raden Soekarmini. Kemudian di Surabaya pada tanggal 6 Juni 1901, Nyoman Srimben melahirkan
Soekarno di sebuah rumah di sekitar Makam Belanda kampong Pandean III Surabaya.
Karena faktor kesehatan, Nyoman Srimben sempat berpisah dengan Soekarno kecil
untuk dirawat dan diasuh oleh mertuanya di Tulung Agung, sedangkan ia dan
suaminya tinggal di Jombang. Soekarno ia asuh kembali ketika Soekemi pindah ke
Mojokerto.
Namun akhirnya Soekarno dapat
diasuh kembali ketika ia harus mengikuti suaminya pindah ke Mojokerto. Di
Mojokerto pula putri sulungnya menikah dan kemudian tinggal bersama suaminya.
Nyoman Rai Srimben sangat bersedih karena harus berpisah dengan anaknya,
sebagai pelipur lara ia memfokuskan diri dengan melimpahkan kasih sayangnya
kepada Soekarno. Persoalan muncul ketika Srimben dihadapkan pada kepindahan
suaminya ke Blitar sekaligus menghadapi kenyataan Soekarno untuk sekolah di
Surabaya. Akhirnya ia mengikuti kepindahan suaminya ke Blitar dan Soekarno
dititipkan di rumah HOS Cokroaminoto untuk meneruskan sekolah di Surabaya. Di
Blitar, Nyoman Rai Srimben tinggal di asrama sekolah yang sekarang menjadi
Sekolah Menengah Umum I Blitar dan dipercaya untuk mengelola asrama sekaligus
mengurus makan para pelajar yang tinggal di asrama tersebut. Peristiwa yang
paling mengharukan di Blitar adalah saat menikahkan Soekarno dengan Utari putri
HOS Cokroaminoto namun kemudian Soekarno mohon untuk menceraikan Utari.
Perasaan hancur dan sekaligus terharu menyelimuti hati Nyoman Rai Srimben,
namun dirinya hanya bisa berkata pilihlah jalan yang terbaik, dan kalau itu niatmu, silahkan
jalani dengan baik. Rasa terharu kembali terulang ketika di Bandung, putranya
Soekarno menulis surat bahwa dirinya akan menikah dengan seorang janda bernama
Inggit Ganarsih. Permasalahan lain yang menjadi suka duka adalah berita tentang
ditahannya Soekarno di Penjara Sukamiskin Bandung. Nyoman Rai Srimben langsung
menuju Bandung dan mendatangi Penjara Sukamiskin dan karena ia buta politik
dirinya langsung bertanya kepada petugas rumah tahanan. Bukan jawaban yang
diperolehnya melainkan bentakan dan diusir untuk pergi dari rumah tahanan
tersebut. Sejak saat itu dendam Nyoman Rai Srimben tidak terbendung, dimanapun
berada jika melihat orang Belanda ia memperlihatkan ketidaksukaannya. Di saat
yang sama rumahnya di Blitar diawasi karena putranya melawan penjajahan
Belanda. Nyoman Rai Srimben menceritakan kejadian yang dialaminya di rumah
tahanan sehingga akhirnya R. Soekeni memutuskan untuk pensiun dini sebagai guru
dari Kementerian Pendidikan Belanda di Batavia. Memasuki masa pensiun Nyoman
Rai Srimben terus mendampingi suaminya di Blitar sambil tetap menunggu surat,
berita Koran atau berita burung yang dibawa saudara atau kenalannya tentang
putranya Soekarno baik di dalam maupun di luar tahanan. Kehidupan di Blitar
kembali bergemuruh ketika Nyoman Rai Srimben mendengar bahwa putranya bercerai
dari Inggit dan kemudian menikah dengan Fatmawati, semua beritanya diterima
dengan tabah. Hasil pernikahan Soekarno dengan Fatmawati memberikan seorang
cucu yang sangat diharapkan oleh Nyoman Rai Srimben dan R. Soekeni. Nyoman Rai
Srimben dan R. Soekeni menyaksikan kelahiran cucunya di Jakarta. Kebahagiaan
Nyoman Rai Srimben tidaklah lama karena pada saat berjalan-jalan di Jakarta R.
Soekeni terjatuh dan sakit keras hingga akhirnya meninggal pada tanggal 8 Mei
1945. Kemudian Nyoman Rai Srimben kembali ke Blitar. Di hari tuanya ketika
Soekarno telah menjadi orang pertama di Republik Indonesia, Nyoman Rai Srimben
tidak pernah mau menginjakkan kakinya di Istana Negara. Nyoman Rai
Srimben menjadi pelopor perkawinan campur antar suku, sehingga mungkin
memberikan inspirasi kepada Soekarno untuk menyatukan Nusantara menjadi
Republik Indonesia. Pada tanggal 12 September 1958, Nyoman Rai Srimben
meninggal dunia dan dimakamkan berdampingan dengan makan putranya Soekarno dan
suaminya R. Soekeni Sosrodihardjo.
Perjalanan Ibunda Soekarno " Ida Ayu Nyoman Rai "
Perjalanan Ibunda Soekarno " Ida Ayu Nyoman Rai "
zero
5.0
stars based on
35
reviews
Ida Ayu Nyoman Rai lahir sekitar tahun 1881 sebagai anak kedua dari pasangan Nyoman Pasek dan Ni Made Liran. Nama kecil Ida Ayu adalah...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
EmoticonEmoticon