Festival Omed-omedan (ciuman massal) di Bali yang unik dan bukan Aksi pornografi – Masyarakat Bali memiliki beragam tradisi dan kedudayaan
yang unik, termasuk Festival Omed-omedan atau ciuman massal., ciuman massal yang diikuti
muda-mudi Bali ini bukanlah aksi pornografi, melainkan warisan leluhur yang
digelar sehari setelah perayaan Hari Raya Nyepi. dapat kita lihat seperti apa
Festival Omed-omedan, seperti yang digelar pemuda-pemudi di Banjar Kaja,
Desa Sesetan, Denpasar.
Festival Omed-omedan digelar setiap tahun, sehari setelah perayaan Hari
Raya Nyepi. Tujuannya adalah memohon keselamatan dan kesehatan bagi mereka yang
ikutserta dalam tradisi ini, juga sebagai penolak bala bagi desa setempat. Seiring dengan perkembangan zaman, terkadang sebagian peserta
memanfaatkannya sebagai ajang cari jodoh bagi mereka yang masih jomblo.
Festival yang berlangsung di Banjar Kaja, Desa Sesetan, Denpasar, Selasa cukup meriah. Banyak sekali pemuda dan pemudi setempat yang
berpartisipasi.
Festival diawali dengan sembahyang bersama di Pura Banjar. Seluruh
peserta wajib mengikuti prosesi ini. Setelah sembahyang, para pemuda dan pemudi
mulai dipisahkan dalam dua kelompok, yaitu kelompok cowok dan cewek.
Para pemuka adat, atau tetua desa, bertindak menjadi “wasit” dalam festival
ciuman massal ini. Setelah tetua memberi aba-aba, kedua kelompok cowol dan
cewek yang saling berhadapan akan mengangkat salah seorang wakilnya untuk
dipertemukan dengan wakil dari kelompok lain.
Setelah itu, terjadilah adu mulut yang sesungguhnya. Bukan adu mulut
seperti saling memaki atau perang kata-kata, melainkan mulut beradu
mulut. Biasanya sih, peserta cowok yang paling bernafsu melumat
bibir “lawannya” yang masih malu-malu.
Untuk menghindari ciuman yang makin panas, panitia dan para tetua akan
segera mengguyurkan air ke tubuh cowok-cewek yang sedang ciuman. Wah…, basah
dong! Jadi, kalau ada penonton, wartawan, atau wisatawan yang terlalu
dekat, mereka bisa basah kuyup terkena guyuran air.
Tradisi Omed-omedan sudah berlangsung sejak abad ke-17. Sebelumnya,
festival ini dilakukan pada saat Hari Raya Nyepi. Namun sejak tahun 1978,
atau masa Orde Baru, diputuskan untuk menggantinya pada saat Ngembak Geni, atau
sehari setelah Hari Raya Nyepi.
Festival Omed-omedan diselenggarakan sebagai bentuk penghormatan
terhadap leluhur. Tanpa disadari, acara
ini juga dapat meningkatkan rasa solidaritas dan kesetiakawanan
antarwarga, terutama pemuda dan pemudi.
EmoticonEmoticon